Kisah di Balik Kejayaan Biji Pala dari Banda Neira

“Tuan-tuan, apakah kalian tidak mengenal belas kasihan?” pintaku pilu..

Di depan sana, tubuh-tubuh bergelimpangan meregang nyawa. Para pemimpinku, para tetua, dan orang-orang berpengaruh di Banda, tak dapat lagi membela kami rakyatnya. Nyawa yang tak lagi ada ditebas pedang serdadu Jepang di bawah pengawasan utusan VOC.

Lidahku kelu. Mulutku bisu. Langkahku mati kaku ketika digiring menuju kapal yang akan membawa kami ke Batavia untuk dijadikan budak. Ratusan orang meregang nyawa. Ribuan lainnya memilih meloncat dari tebing dan lari ke pulau Seram meninggalkan harta benda daripada menyerahkan hidup pada penguasa.

Demi menguasai perdagangan biji pala, kekayaan tanah kami, tanah Banda!

Gemah Rempah Mahakarya Indonesia seperti biji pala dari Banda Neira, satu dari macam-macam jenis rempah yang mengundang kehadiran penjajahan Belanda di tanah nusantara. Kisah pilu pembantaian rakyat Banda Neira menjadi saksi berharganya rempah-rempah di perdagangan dunia. Persaingan usaha dagang Belanda dan Inggris mengorbankan banyak nyawa rakyat Banda Neira. Ketika biji pala begitu mahal harganya, tidak demikian bagi nyawa bangsa yang rendah nilainya.

Pun Belanda rela menukar sebuah pulau Run di kepulauan Banda dengan Pulau Manhattan (New Amsterdam) di Amerika Serikat. Tercatat dalam sejarah ditandatanganinya perjanjian Treaty of Breda pada tahun 1667 antara Inggris dan Belanda.  Bagi Belanda ketika itu, Pulau Run jauh lebih penting dibandingkan Manhattan demi menguasai perdagangan buah dan biji pala. Di situlah kisah pilu penduduk kepulauan Banda mulai tergores dalam sejarah bangsa Indonesia. Pertanyaannya, seberapa penting biji pala untuk Belanda hingga mengorbankan begitu banyak nyawa di kepulauan Banda?

Tanpa biji pala, masyarakat penghuni benua Eropa tidak bisa bebas menikmati daging kapan pun. Saat musim dingin tiba, mereka harus memiliki cukup stok makanan untuk bertahan hidup. Freezer, kulkas, pendingin makanan, belum ditemukan, sehingga stok daging simpanan cepat busuk dan tidak layak dimakan di musim dingin sekalipun. Dengan taburan pala pada simpanan daging dapat bertahan lama sehingga masyarakat benua Eropa mampu menghadapi musim dingin yang panjang.

Sebelum diketahui Belanda, buah pala dari kepulauan Banda lebih dulu dijual oleh pedagang Arab tanpa menyebutkan dari mana mereka mendapatkannya. Ketika Belanda menemukan tanah Banda, mulailah kekejaman dan penguasaan hingga penghilangan nyawa dilakukan. Karena dengan menguasai perdagangan pala, Belanda dapat menjadi satu-satunya penjual pala di dunia yang sangat diperlukan masyarakat benua Eropa.

Saat biji pala yang dihaluskan bisa menjadi pengawet daging dimanfaatkan orang Eropa, bagian daging buahnya bisa dijadikan manisan dan sirup yang menenangkan, sehingga bisa dijadikan obat alami untuk meredakan stres. Kulit palanya yang disebut fuli bisa diekstrak sarinya untuk menjadi bahan baku kosmetik dan parfum.

Dikutip dari Kompas.com, ekstrak buah pala dari kulit, daging buah, dan bijinya bisa digunakan sebagai ramuan herbal yang bagus untuk kesehatan. Saat membutuhkan ketenangan, buatlah campuran esktrak pala dengan segelas jus apel atau pisang. Kalau susah tidur, serbuk pala dan segelas susu bisa menjadi pengobat alami tanpa menimbulkan kecanduan. Lebih penting lagi seperti saya yang susah sekali minum air sehingga gampang banget dehidrasi, ekstrak biji pala yang dicampur segelas air putih atau air kelapa muda bisa menjadi penawarnya.

Meski ngga banyak dipakai di rumah, semur buatan mama tanpa biji pala apalah artinya. Berkali-kali saya mencoba memasaknya sendiri dan lupa mencemplungkan parutan biji pala, tak pernah sama rasanya. Sampai mama bilang jangan lupa palanya. Olala…

Kini pala tidak banyak dipakai untuk mengawetkan daging pada kehidupan masyarakat modern. Buah pala pun tidak hanya dihasilkan dari tanah Banda. Namun hampir 80% biji pala yang dijual di Eropa berasal dari Indonesia. Selain dari kepulauan Banda di Maluku, Sulawesi Utara pun turut menyumbang produksi pala Indonesia. Sekitar 52.000 keluarga petani secara langsung turut serta terlibat dalam produksi pala. Masih seperti dulu, buah pala menghidupi banyak keluarga dari setiap bijinya.

Buah pala tidak hanya mencatat kelamnya peradaban manusia di jaman perebutan kekuasaan perdagangnnya. Dari buah pala sayup nama Enrique Maluku tersohor sebagai orang pertama dari Indonesia yang mengelilingi dunia, bahkan konon kabarnya menjadi orang pertama di dunia. Enrique bertugas sebagai penerjemah dan pembantu di kapal Ferdinand Magellan yang bertujuan mencari rute laut baru menuju kepulauan rempah yang berbeda dengan rute yang dirintis Vasco da Gama. Berhasilkan perjalanan Enrique Maluku? Hayukkk baca bukunya sampai habis!

Gimana dengan kisah rempah dari daerahmu? Ada cerita yang bisa dishare untuk generasi penerus Indonesia?

Sumber bacaan:
http://intisari-online.com/mobile/read/pala-si-primadona-dari-banda-
http://www.neraca.co.id/article/27077/Ekspor-Biji-Pala-ke-Eropa-30-Juta-Euro
http://health.kompas.com/read/2011/04/09/22303458/Pala.Pereda.Stres.dan.Insomnia
http://analisadaily.com/news/read/catatan-pigafetta-perjalanan-enrique-maluku-yang-dramatis/70917/2014/10/08

dan diskusi ringan bersama @arieparikesit

Image diambil dari shutterstock.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *