From Bromo with BLOGGER NGALAM

Belum pernah rasanya ke Bromo dan merasakan badan terasa remuk redam seperti perjalanan yang baru kali ini saya rasakan. Dulu, ke Bromo biasa saya tempuh dengan naik mobil pribadi atau naik motor sendiri. Bersama BLOGGER NGALAM pengalaman berbeda saya temukan.

Kopdar Blogger Ngalam di Bromo dirancang dengan cepat. Tidak sampai 2 minggu, kopdar yang tidak direncanakan sebagai kopdar wacana, membawa seorang bule Jepang di dalam rombongannya. Adalah Keigo yang sebentar lagi kudu keluar Indonesia karena visa berkunjungnya habis dan ingin menikmati hari-hari berwisata di Malang. Karena Keigolah, Bromo jadi tujuan.

Perjalanan dimulai dari tempat berkumpul di Wendit, Sabtu malam. Rencana trip kali ini Blogger NGalam akan ngejeep saja dari Tumpang tanpa kendaraan pribadi kayaknya jauh lebih nyaman. Pilihan ini tidak salah.

Karena Bromo sekarang cukup tertutup untuk kendaraan pribadi kecuali motor dan mobil berjenis jeep atau 4 wheel drive. Ini tidak sepenuhnya benar pun, karena jenis Toyota Fortuner ternyata harus ngandang di pos dan tidak boleh melanjutkan perjalanan kecuali berganti dengan jeep/hardtop yang disediakan. Dengan 2 mobil jeep terbuka, 20 orang rombongan Blogger Ngalam berangkat dengan cerah ceria.

Jalur Tumpang – Savana – Penanjakan – Bromo jadi pilihan. Saya sangat merindukan jalur ini selepas terakhir melewatinya di tahun 2005 lalu. Lewat periode itu, ke Bromo selalu saya tempuh lewat Nongkojajar yang lebih aman. Oya, ada sedikit cerita seru antara ‘karet dan Bromo’ di > SINI <.

Menuju Bromo dari Tumpang malam kemarin berlangsung cepat aman dan bersahabat. Cepat karena mas supir rasanya ngga pernah ganti gigi 3, jadi seluruh tanjakan dilahap dengan gigi 2-1 doang. Aman karena naik jeep jadi ngga sekalipun kami turun dan ndorong seperti motor-motor yang nekat naik. Bersahabat karena kami merasakan langsung dingin membekunya Bromo menyelusup di jaket dan syal yang tidak mampu menahan hawanya.

Di Penanjakan 1 kami menuju. Berkat mas supir jeep yang keren, lautan parkiran jeep bisa dilalui dan kita mendapat parkir di atas dengan tenang. Jalan menuju puncak jadi tidak terlalu jauh pun. Di parkiran ada lautan jeep, di puncak ada lautan manusia. Saya pilih ngobral ngobrol saja di warung sambil makan pisang goreng anget dan segelas teh panas. Ada banyak bule yang naik malam ini. Dan buanyak sekali pemburu matahari terbit yang bersenjatakan tablet menghalangi yang di belakangnya. Ada juga yang norak motret-motret sepasang suami istri yang lagi pacaran. Norak sekali kamu nak…

Lepas Penanjakan kami segera menyerbu padang pasir Bromo untuk mengirimkan Keigo ke kawah. Saya sih cukup di Pura aja x)). Karena yang saya tunggu adalah episode ngebut-ngebut ria bersama jeep di padang pasir menuju perjalanan pulang. Awesome! SANGAT MENYENANGKAN SEKALI!

Terbanting-banting di bak belakan jeep terbuka tidak ada masalah. Debu menyerbu hidung tidak ada masalah. Merasakan bebasnya bermanuver di pasir Bromo sungguh memuaskan hati saya. Mas supir jeep layak deh ikut di Marlboro Adventure Team untuk kategori berkendara di padang terbuka. Melenggok ke kanan memutar ke kiri.

Perjalanan ditutup dengan menuju Pasir Berbisik dan Bukit Teletabis untuk berfoto bersama.Β Epic fail adalah saya baru tau kalo foto serian diupload di G+ seperti ini bisa langsung jadi gif. Enjoy deh foto-foto pasangan suami istri yang difoto norak sama abg di Penanjakan tadi.

Bromo sekarang bukan hanya kawahnya yang menarik. Kalau kamu tau lebih banyak spot menarik di sini, bagi-bagi ke saya ya πŸ™‚

 

18 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *