Sindir ‘Autisme’ Karena Ponsel Dengan Malang Diam?

Di era kepekaan terhadap penggunaan kata ‘autisme’ tidak untuk guyonan, saya cukup terhenyak membaca headline kolom komunitas di koran langganan saya hari ini.

image

Rasanya kayak…jleb. Ini di kota saya lho 🙁 dengan jumlah mahasiswa dan pelajar yang cukup banyak itu lho. Yang daya pikir kritisnya bisa membentuk beragam komunitas peduli lingkungan tapi justru melupakan sisi penting dari gerakan itu sendiri. Bukan sekali dua kali teguran terhadap pemakaian kata autisme di luar konteks medisnya dibahas. Dan mereka yang menggerakkan massa dengan menggunakan microblogging tidak tau? Malah memasang headline besaaaar di media massa? Bukannya itu malah lebih memasyarakatkan salah kaprah ‘autisme’ untuk mereka yang tidak mengerti?

Kenapa hanya dibahas masalah mereka menjadi ‘autis’ ketika memegang ponsel jadi sibuk dengan dunianya sendiri yang jadi tidak memedulikan lingkungan sekitar dan tidak membahas apa itu autis? Orang yang tidak mengerti akan menganggap ‘ooooo yang sibuk sendiri gitu tu autis to namanya?’. Dan autis pun semakin kabur artinya. Mereka belum tau perjuangan orang tua yang anaknya terdiagnosa autis, bagaimana mereka berjuang mencari solusi, menakar makanan, mencari dokter, dan menahan diri dari tatapan kasihan orang yang melihat.

They just don’t understand. Banyak kisah nyata yang ditulis di dunia maya. Banyak! Banyak kisah nyata itu di sekitar kita. Buka mata! Jangan sok-sokan peduli lingkungan kalau yang disindir itu bahkan kamu sendiri salah menerapkannya. Ada banyak hal yang bagus, misal peduli Pulau Sempu yang mulai terjajah manusia, tapi memilih headline ‘autisme’ untuk promosi komunitas. Lebih WAH gitu? Kalian memprihatinkan deh.

To all parents, dan untuk mereka yang peduli dengan autisme, saya berikan penghargaan sebesar-besarnya. Tidak mudah menjalaninya. Tidak mudah. Semoga lebih banyak lagi yang mengerti kenapa bercanda dengan kata ‘autisme’ itu tidak disarankan.

Kalau dulu saya jadi bergabung dg komunitas @mlg_diam ini, jadinya sekarang gimana ya….

Updated: lewat twitter @ferdhie mengingatkan saya, masih banyak kepekaan kita yang hilang bukan cuma lewat guyonan autisme. Guyonan OVJ, dan aneka lawakan di tv yang sering melakonkan orang idiot, gagap, dan sebagainya, bukannya itu juga sama saja? Saya penggemar OVJ. Tapi tidak setiap malam harus nonton. Mungkin acara yang saya tonton di tv cuman OVJ dan Masterchef aja. Dan sebagai penggemar, saya risih dong kalau guyonnya keterlaluan apalagi kalau main fisik. Ketika kritik dan saran OVJ dibuka, saya segera mengirimkan faktor ketidaknyamanan saya nonton OVJ. Berharap didengar dan ada perubahan. Setidaknya saya berusaha lewat jalur resminya. Kru di balik layar OVJ adalah orang-orang kreatif, saya berharap banyak ketika klik send kritikan, mereka akan menjadi lebih baik lagi :).

Kamu juga, ada masukan buat saya?

Update dari @Fajarembun: 

Mengapa harus kata “autisme” atau “autis” menjadi bahan sindiran/bully? Dulu Paman Tyo pernah membahas ini saat ada pelatihan blog bersama Internet Sehat. “Autisme” adalah gangguan kesehatan atau ketidak stabilan emosi seorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Beberapa anak atau pribadi autistik biasanya akan asik sendiri dengan dunianya. Seharusnya sebagai mahasiswa yang bisa flashmob harus mengerti apa itu “autism” tidak dijadikan sebagai bahan bully.

Di Wikipedia juga membahas: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme apa itu autism. Seingat saya, paman tyo berpesan: “jangan gunakan kata “autism (autis)” sebagai bahan bully atau sindiran. Lebih baik dengan kata yang lain, aktif gadget atau gadget holic, atau lainnya lah.

11 Comments

    • Mahasiswa kritis kalau SPP dinaikkan 🙂
      Bukan hanya autis saja, Anak berkebutuhan khusus(ABK) lainnya juga diperhatikan,
      orang tuanya juga diperhatikan juga, karena banyak orang tua yg banyak menyembunyikan anak mereka dari lingkungan karena malu

  • Sebagai tambahan: di malang sendirI sudah mulai berdiri komunitas2 yang berisi para mahasiswa yang minat dibidang enterpreneur. Granted, most of them are technopreneur. Yang penting sudah dimulai. Semoga saja semangat ini akan segera menular ke mahasiswa2 lainnya.

  • suka ngeri kalo ada yang ngomong begitu, takut ada orang-orang yang di sekitar orang yang ngomong tersebut memiliki anak atau saudara dengan masalah yang serupa 🙁

    • hikss.. dua atau tiga minggu yang lalu kalau ga salah saya berinteraksi dengan seorang anak autism ringan, di rumah bermain khusus berkebutuhan khusus. Melihat komunitas ini jadi gregetan aja…

  • ya….penting illmu bukanlah masalah kecil. untuk itu, di jaman sekarang yg mobilitasnya adalah randomly public, tidak disarankan untuk terlalu gampang mengikuti opini terbuka yg sedang beredar.

  • Mengapa harus kata “autisme” atau “autis” menjadi bahan sindiran/bully? Dulu Paman Tyo pernah membahas ini saat ada pelatihan blog bersama Internet Sehat. “Autisme” adalah gangguan kesehatan atau ketidak stabilan emosi seorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Beberapa anak atau pribadi autistik biasanya akan asik sendiri dengan dunianya. Seharusnya sebagai mahasiswa yang bisa flashmob harus mengerti apa itu “autism” tidak dijadikan sebagai bahan bully.

    Di Wikipedia juga membahas: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme apa itu autism. Seingat saya, paman tyo berpesan: “jangan gunakan kata “autism (autis)” sebagai bahan bully atau sindiran. Lebih baik dengan kata yang lain, aktif gadget atau gadget holic, atau lainnya lah.

    Aku gregetan sih lihatnya 🙁 karena selama ini banyak mengenal dengan orang tua yang anak mereka adalah autistik. Mereka justru luar biasa, menulis ini saja terbayang wajah mereka yang penuh canda tawa di tengah keterbatasan mereka.. :'(

    Jangan ucapkan kata “autis” untuk membully/bercanda dengan teman kalian..

  • meski saya tidak terlalu mengerti dengan topik yang dibicarakan , tapi secara keseluruhan topiknya menarik, makasih ya sdh mau berbagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *