Culture Shock

Loh, kok.. gambarnya per motor begini :)). Padahal kan aku mau ngebahas kultur shok. Wikipedia bilang: Culture shock is the difficulty people have adjusting to a new culture that differs markedly from their own. Kultur shok adalah kesulitan sebagian orang untuk beradaptasi dengan budaya baru yang berbeda dari kebiasaan mereka sebelumnya.

Kultur shok bisa terjadi di berbagai fase kehidupan, dari single ke double, dari jobless ke workaholic, dari family business ke global business. Ini berdasarkan curhat-curhat seorang bapak manajer dari sebuah perusahaan yang duduk bareng sama aku saat nunggu giliran wargame beberapa saat lalu. Beliau yang sudah bekerja puluhan tahun di perusahaan tersebut saat ini geleng-geleng kepala dengan attitude tidak baik anak buahnya yang terbiasa dengan family business dan mengalami kultur shok ketika perusahaannya beralih ke global business.

Saking shoknya, beberapa dari mereka justru malah jadi provokator dengan menghasut teman yang lain untuk mogok ini lah itu lah. Bukan berusaha membiasakan diri dengan kemana gerbong perusahaan bergerak, mereka justru mandeg di tempat. “Susah memang berhadapan dengan manusia, masih mending mbenerin mesin rusak,” kata bapak itu, “mesin rusak diperbaiki bisa bekerja lagi, manusia sudah rusak? Akan terus membawa ‘kerusakan’ itu sepanjang hidupnya.” Bapak Manajer itu juga berpesan ke aku, agar lebih mudah menghadapi pekerjaanku, “Tidak semua pekerjaan membuat kita senang, tapi bagaimana kita menyenangi pekerjaan kita dan nanti akhirnya pekerjaan akan menjadi hal yang menyenangkan BUAT kita.

Kita ini memang mahluk sosial, manusia. Tidak akan bisa terlepas dari hubungan antar manusia. Pun dalam pekerjaan. Ngga mungkin kita bekerja sendiri. Aku, kamu, dia, mereka, kita, kami, akan berbeda makna jika tidak bisa membawa diri. Susah awalnya tapi kita diharuskan untuk terus menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan terutama lingkungan. Memang akan selalu ada persaingan, bolehkan persaingan kita jadikan bahan pekerjaan? Bagaimana membawa kualitas diri kita ke arah yang lebih tinggi, itu tujuannya. Teman bisa jadi lawan, lawan bisa jadi teman. Bagaimana kita menempatkan diri kita di antaranya.

Jangan melulu lihat kerjaan sebagai suatu beban. Have fun with it.

image from: http://www.aldaneagle.com/

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *