Risalah Hati

“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi)

Dear Friends, sebelum kalian membaca ini, jangan menghakimi dulu aku kepingin cepat menikah. Berjanjilah, bacalah dengan hati-hati.

Menikah adalah salah satu tuntunan yang diwajibkan ketika kita sudah mampu. Al-Quran menekankan perlunya kesiapan fisik, mental dan ekonomi bagi yang ingin menikah. Menunda pernikahan hanya karena unggah ungguh adat yang mengharuskan urutan kekeluargaan tidak termasuk di dalamnya. Pun menunda nikah karena masih kuliah juga tidak ada tuntunannya, tapi itu termasuk diantara kesiapan ekonomi, jadi jangan entengkan hal yang satu itu.

Hari gini masalah ekonomi ngga dipikirkan, rasanya munafik. Berapa banyak hubungan yang kandas karena ekonomi tidak mampu. Walau Allah SWT juga mengisyaratkan bahwa Allah SWT akan memberi rejeki ketika kamu sudah menikah:

“Kalau mereka (calon-calon  menantu)  miskin,  maka  Allah  akan  menjadikan mereka  kaya  (berkecukupan)  berkat  anugerah-Nya” (QS  An-Nur [24]: 31). Yang tidak memiliki  kemampuan  ekonomi  dianjurkan untuk  menahan  diri  dan  memelihara  kesuciannya  “Hendaklah mereka yang belum mampu (kawin)  menahan  diri,  hingga  Allah menganugerahkan mereka kemampuan” (QS An-Nur [24]: 33)

Aku dan kedua adik laki-lakiku, insyaAllah sudah mampu. Mereka juga sudah selangkah lebih maju dari hubunganku. Hanya karena terbentur dinding ‘aku belum menikah, maka mereka tidak boleh menikah melangkahiku’ proses ke jenjang pernikahan terhalang. Aku bukan tidak ingin menikah, aku menghormati jenjang pendidikan pacar, aku menghormati keinginan orang tuanya.

Tapi aku juga terjebak di sini. Di antara ayat-ayat Allah yang mewajibkan untuk menikah saat kamu sudah mampu, kedua adikku. Pedih. Tersudut. dan lebih banyak perasaan bersalah di dalamnya. Tak ada lagi ceria antara aku dan dia. Aku menyalahkan keadaan kenapa tidak bertemu dengan yang sudah siap menikah. Kenapa? Apa memang dia bukan jodohku?

Argumen untuk langkahi saja aku, ditampik keras-keras. Adat tidak membolehkan.

Jadi, di sinilah aku.

Berharap jadi debu. Agar tidak menjadi kerikil di dalam hidupmu. Maaf aku tidak mampu memberi pilihan lain atasmu.

so.. who wants to marry me?

the end.

update:

setelah berdebat keras dengan orang tua, ternyata kami memang berbeda pandangan. tapi sudah kami temukan titik pandang utk kebaikan bersama. dalam derai air mata ^^. dear pacar, ini yg mama bilang untukku:

mama saya bilang, saya anaknya yang paling tegar.. salah mungkin, yg benar anaknya yg paling kekar 🙂

jadi jangan kau sia-siakan waktuku menunggumu.

8 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *