Don’t Cry My Baby

Have you ever dream so real? A dream that makes you cry in the dream and when you’re waking up?

Aku ada di sebuah rumah sakit. Ntah ngapain, working sepertinya. Waktu jam istirahat ngeliat lelaki di lorong kamar bayi. Dia nggendong tabung oksigen, bukan nggendong bayi. Bayinya tertidur lelap di dalam kamar bayi.

Esok hari, si lelaki tertawa melihat bayinya yang sedang minum susu. Esok harinya lagi mereka ditemani perawat sedang bermain di halaman kamar. Bayi laki-laki (ato perempuan ya) yg lucu, tangannya yg gemuk menggapai tangan ayahnya yang dilarang memegang dia. Mungkin tabung oksigen itu penyebabnya. Hari berikutnya aku bergabung main bersama mereka, dan segera saja jatuh hati pada si bayi.

Hidup mereka pelik. Si ayah sakit, si bayi tidak ada yg merawat, si ibu tidak mau menerima mereka. Tapi ternyata si ibu dan orang tuanya bekerja di rumah sakit itu loh. Hey, ini bukan mimpi tentang aku mau jadi pengganti si ibu. Hunnie tetap anter jemput aku seperti biasa saat berangkat dan pulang kerja. Balik ke si ayah, karena dia sedang sangat tidak sehat namun ingin tetap dekat si bayi, si ayah minta ke pihak rumah sakit untuk merawat mereka berdua.

Si ibu yang berkali-kali dihubungi tetap tidak mau menganggap itu anaknya. Setiap hari aku main bareng si bayi, yang ceriiiaaaa banget. Nunggu dia bobo setiap malam. Menggenggam jemari kecilnya. Hingga suatu hari, si ayah semakin sekarat dan ditemui pihak asuransi untuk mengurus surat-surat. Sekali itu kulihat dia memohon-mohon si ibu untuk merawat anaknya ketika dia tidak bisa lagi. Si ibu tetap menolak. Si ayah kolaps dan dibawa ke icu.

Aku? aku sedang ada janji ama hunnie. Tapi saat keluar rumah sakit, kuintip sebentar si bayi. ya Allah, dia sedang sakit. badannya ruam-ruam merah dan panas tinggi. Inbox sms dari hunnie seakan terlupa, hanya kubilang aku g jadi pulang. Segera kugendong si bayi, menyingkirkan infus di tangannya, kupeluk badannya yang lemes. dia tersenyum lemah. tangannya menggapai tanganku, meremas pelan seperti saat dia mau tidur. dan dia hembuskan napas terakhirnya saat itu.

hatiku tercabut. tangisku takterbendung.

dan aku terbangun. seperti masih menggendong si bayi. tangisku mengalir deras. saat kusadari hanya mimpi, tangis ini tak jua berhenti mengalir.

ya Allah, semoga masih tetap Kau percayakan padaku si bayi suatu hari nanti…

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. 31:22)


1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *