Nice Shoes

‘heii, pada mo ke mana kok pada pake sepatu?’ sapaku sambil lalu ke beberapa teman saat menuju pulang, sambil menyapa mas ndut keliting dan sedang kubutuhkan infonya. samar-samar terdengar balasan dari mereka,

‘kita kan orang kaya, orang kaya kan pake sepatu. orang ga punya mah pake sendal aja’.

deg. sepertinya susah untuk ga memasukkan dalam hati kata-kata dari mereka dan melirik sendal eigerku. walopun tampak cuek dan masih berbincang sama mas ndut keliting. pun saat sedang make jaket, mereka-yang-kaya tadi masih menyapa tanpa dosa.

‘seharusnya kamu lebih kaya dari mereka, soalnya kamu pakai sepatu sendal!’ itu jawaban hun waktu aku sedikit bertanya, apa ya kira2 arti kata-kata mereka.

‘T*EK!’ kata masku saat aku cerita di pagi hari ini.

eh gini di masukin hati ya? kok jadi dipikir. soalna emang mud kemaren lagi ga bagus, jadi kepikiran terus. dan masih banyak lagi sebenernya jika kutelusuri lagi kata-kata menyakitkan dari mulut itu.

salah persepsi mungkin salah satu yang ga kita perhatikan saat kita melontarkan suatu kalimat. mo muji bisa jadi olok2 saat yang dipuji ga merasa dia dipuji. mo ngolok2 bahkan bisa jadi merasa dipuji jika yg bersangkutan emang dasarnya besar kepala.

saat mencari tau informasi, kita juga berusaha memposisikan diri kita sendiri bagaimana caranya agar mendapat yang kita butuhkan. caranya? turunkan harga dirimu, sanjung targetmu setinggi mungkin. tampakkan bahwa dirimu menjadi pihak yang kalah lemah dan ga ada kekuatan membalas. perhatikan titik lemah manusia adalah pada saat dia dipuji.

dan perhatikan saat teman di sekitarmu mulai memuji dirimu setinggi mungkin. sadarlah jika kau sedang dijebak. jangan sampai kamu terlena. tetaplah menjadi dirimu sendiri. lebih baik kamu mendapatkan umpatan daripada pujian dari teman yang selalu menusukmu dari belakang. muka baik di depan bukan berarti hati seindah intan. busuk di dalam yang akan kau dapatkan. dan busuk itu pun akan mengajakmu menjadi busuk pula.

lebih baik aku menjauh.

aku ga perlu sepatu bagus dan berkaraoke seminggu sekali hanya agar merasa diterima di lingkungan.

aku bahagia menjadi diriku sendiri. yang bisa memutuskan hendak menjadi apa diriku saat ini.

dan menjadi teman seperti apa aku bagi teman-temanku.

9 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *